BANGGAI BERDIKARI - Nyala kesusastraan, literasi, dan kebudayaan di Sulawesi Tengah akan kembali berpijar melalui perhelatan tahunan Festival Sastra Banggai (FSB). Memasuki edisi kesembilan, festival ini akan diselenggarakan di Luwuk, Kabupaten Banggai, selama empat hari, mulai dari 15 hingga 18 Oktober 2025.
Tahun ini, Yayasan Babasal Mombasa selaku inisiator dan pelaksana mengusung tema besar "Simpul Kesembilan: Merajut Kata". Tema ini dipilih bukan tanpa alasanatas dasar kesadaran akan keterhubungan antar-etnis yang mendiami wilayah Banggai Bersaudara (Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, dan Banggai Laut).
"Lebih luas lagi, tema ini bertujuan untuk membicarakan dan merefleksikan pengalaman kolektif yang penting dalam lingkup Sulawesi Tengah," kata Direktur Festival Sastra Banggai, Ama Gaspar.
Bersandar pada falsafah montolutusan, mereka sadar keterhubungan adalah bagian dari kompleksitas yang harus terus dijaga. Hal itu membuat tema ini dipilih agar masyarakat melihat pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai suara yang penuh dan utuh; bukan sekadar titik di peta atau persinggahan atau tempat mengusir penat.
"Tema ini juga merupakan kelindan pesisir dan pulau-pulau kecil dalam menghadapi kompleksitas yang sulit diurai. Kami mengajak melihat pesisir bukan sekadar titik di peta atau persinggahan, melainkan tubuh Indonesia yang penuh dan utuh," jelasnya.
Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2017, FSB secara konsisten menjadi ruang temu bagi para penulis, pembaca, penerbit, kritikus, peneliti, aktivis literasi, komunitas, seniman, dan media. Pertemuan ini diupayakan sebagai wadah untuk berdialog, berbagi, dan berefleksi guna meningkatkan kreativitas dalam kerja-kerja kesusastraan dan kebudayaan.
Festival ini bertolak dari kesadaran akan tumbuhnya berbagai gerakan kreatif dan kolektif di Banggai Bersaudara. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM), inklusivitas, dan menyasar semua kalangan usia, FSB sejak awal menegaskan posisinya untuk tidak berafiliasi dengan partai atau tokoh politik manapun.
Ama Gaspar menjelaskan mereka telah merancang serangkaian program yang akan menghidupkan tema besar tahun ini. Lokasi utama festival akan dipusatkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, sebuah lokasi strategis yang mudah diakses oleh masyarakat umum untuk dapat berpartisipasi penuh.
"Selain di lokasi utama, beberapa program juga akan menyambangi sekolah dan kampus di Kota Luwuk," jelasnya.
Ragam kegiatan telah disiapkan untuk memeriahkan festival selama empat hari. Akan ada panel-panel diskusi yang membahas isu-isu terkini dan ide-ide terobosan yang selaras dengan tema utama. Para penulis dan penerbit juga akan hadir dalam sesi pembacaan karya dan diskusi buku.
Salah satu daya tarik utama FSB adalah panggung pertunjukan malam hari yang akan diisi oleh seniman-seniman terbaik dari Banggai Bersaudara, Sulawesi Tengah, hingga tingkat nasional. Program spesifik lainnya yang akan digelar antara lain diskusi "Merah Timur: Membincang Konflik di Kawasan Indonesia Timur", serta diskusi tematik seperti "Sastra dan Perempuan" dan "Laut dan Karya Sastra".
FSB juga memberikan perhatian khusus pada generasi muda dan anak-anak. Program "FSB Kids" akan menjadi ruang ceria bagi anak-anak usia sekolah dasar dengan kegiatan permainan tradisional, pembacaan dongeng, dan lomba lukis. Sasaran audiens festival ini sangat luas, mencakup siswa SMP dan SMA, mahasiswa, akademisi, komunitas, dan masyarakat umum, tidak hanya dari Banggai tetapi juga dari daerah sekitar seperti Palu, Poso, dan Gorontalo.
"Melalui festival ini, diharapkan Banggai Bersaudara semakin kokoh dalam peta kebudayaan nasional, serta terbangunnya ekosistem literasi yang berkelanjutan melalui kerja sama berbagai pihak," harapnya. (*)
Posting Komentar untuk "Festival Sastra Banggai Kembali Digelar untuk Kesembilan Kalinya, Angkat Tema Simpul Kesembilan: Merajut Kata"