BANGGAI BERDIKARI – Kabupaten Banggai Kepulauan kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya Festival Trikora 2025, ajang tahunan yang memadukan perayaan budaya, refleksi sejarah, dan semangat kebangsaan. Kegiatan ini berlangsung sejak 28 Oktober hingga 2 November 2025 di Taman Kota Salakan, dan diikuti ratusan peserta dari berbagai kecamatan, komunitas seni, hingga lembaga pendidikan.
Mengusung tema “Merawat Tradisi, Menjaga Kebersamaan” Festival Trikora Banggai Kepulauan menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan kekayaan budaya lokal sekaligus memperkuat semangat persatuan di tengah keberagaman. Pemerintah daerah menargetkan kegiatan ini menjadi agenda tahunan yang tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga memiliki nilai edukatif, historis, dan ekonomi.
Festival Trikora, Wadah Pelestarian Budaya dan Refleksi Sejarah
Bupati Banggai Kepulauan Rusli Moidady menegaskan, Festival Trikora merupakan bentuk nyata kecintaan terhadap warisan budaya dan jati diri bangsa. Menurutnya, kegiatan ini menjadi momentum penting untuk merekatkan solidaritas masyarakat melalui pelestarian nilai-nilai budaya dan sejarah perjuangan.
“Festival ini bukan sekadar hiburan, tetapi wadah pembelajaran, pelestarian nilai-nilai budaya, serta penguatan karakter masyarakat, terutama bagi generasi muda agar tetap mencintai dan bangga terhadap kearifan lokal,” ujar Rusli dalam sambutannya.
Bupati menambahkan, semangat Trikora harus menjadi pengingat perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dalam menjaga keutuhan bangsa.
“Tugas kita hari ini adalah melanjutkan perjuangan itu melalui karya, persatuan, dan semangat gotong royong,” tegasnya.
Parade Budaya hingga Dialog Sejarah Warnai Festival Trikora 2025
Festival tahun ini menampilkan beragam kegiatan, mulai dari parade budaya, pertunjukan seni tradisional, pameran ekonomi kreatif, hingga dialog sejarah dan kebudayaan. Kegiatan pembukaan berlangsung meriah dan dihadiri unsur pemerintah daerah, tokoh masyarakat, pelaku budaya, serta ribuan warga yang antusias menyaksikan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Kepulauan Ikhsan Nursin menuturkan, Festival Trikora memiliki makna mendalam dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan memperkuat jati diri daerah. Pelaksanaannya yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda menjadi simbol pentingnya persatuan dan gotong royong dalam membangun bangsa.
“Monumen Trikora yang berdiri di Salakan merupakan tonggak sejarah perjuangan bangsa dalam merebut Irian Barat. Melalui festival ini, kita mengenang kembali Tri Komando Rakyat sebagai simbol tekad dan keberanian bangsa Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan,” ungkap Ikhsan.
Menurutnya, kegiatan ini juga membuka ruang kolaborasi antara dunia pendidikan dan kebudayaan. Pelajar ikut menampilkan karya seni yang menggambarkan nilai perjuangan dan kebersamaan.
“Melalui karya seni, generasi muda diajak memahami makna sejarah dan nasionalisme dalam konteks kekinian,” tambahnya.
Dorongan Pemprov dan BPK untuk Pemajuan Kebudayaan Daerah
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah yang diwakili Ansyari mengapresiasi pelaksanaan Festival Trikora sebagai upaya nyata daerah dalam memajukan kebudayaan. Ia mengusulkan agar penyelenggaraan di tahun-tahun mendatang diselaraskan dengan tanggal berdirinya Tugu Trikora, yakni 12 Agustus 1995, agar semakin memiliki nilai sejarah.
“Dengan menyesuaikan pelaksanaan festival dengan peringatan berdirinya Tugu Trikora, kita dapat sekaligus mengenang peristiwa bersejarah yang menjadi simbol perjuangan bangsa,” kata Ansyari.
Ia juga menyoroti pentingnya menjadikan kegiatan kebudayaan sebagai penggerak ekonomi kreatif dan pariwisata daerah.
Banyak daerah telah membuktikan budaya bisa menjadi produk unggulan pariwisata.
"Kita pun bisa melakukan hal serupa di Sulawesi Tengah dengan membangun ekosistem kebudayaan yang kuat dan berkelanjutan,” tambahnya.
Dukungan juga datang dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVIII Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Perwakilan BPK menyebut Festival Trikora sebagai bukti komitmen bersama antara pemerintah pusat dan daerah dalam mendorong pelestarian nilai-nilai budaya secara partisipatif.
“Festival Trikora bukan sekadar ajang hiburan, tetapi momentum penting untuk menggali makna sejarah, memperkuat identitas daerah, serta menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal,” ujar perwakilan BPK.
Sejak berdiri pada 2023 di Kota Palu, BPK Wilayah XVIII yang menaungi wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat terus berupaya mendorong pemajuan kebudayaan berbasis masyarakat.
“Pelestarian budaya akan berhasil apabila seluruh elemen masyarakat berperan aktif—mulai dari pemerintah daerah, pelaku budaya, hingga generasi muda sebagai pewaris bangsa,” tegasnya.
Masyarakat Antusias, Salakan Pusat Kegiatan Budaya
Sepanjang pelaksanaan festival, suasana Kota Salakan tampak hidup dengan berbagai pertunjukan rakyat dan pameran produk lokal. Masyarakat dari berbagai kecamatan ikut berpartisipasi, memperlihatkan kekayaan tradisi dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas Banggai Kepulauan.
Melalui Festival Trikora 2025, Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan berharap muncul kesadaran kolektif masyarakat untuk mencintai sejarah, menghormati perjuangan para pendahulu, dan menjaga warisan budaya sebagai sumber kekuatan bersama. (*)
Posting Komentar untuk "Festival Trikora 2025 di Banggai Kepulauan Jadi Momentum Refleksi Sejarah dan Pelestarian Budaya"