BANGGAI BERDIKARI - Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi budaya, masyarakat adat di berbagai pelosok Nusantara tetap menyimpan kekayaan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya adalah banunut, tradisi bercerita dari masyarakat Banggai di Sulawesi Tengah. Lebih dari sekadar hiburan, banunut adalah jendela yang membuka cakrawala nilai-nilai, sejarah, dan identitas budaya Banggai.
Apa itu Banunut?
Banunut merupakan bentuk cerita rakyat atau dongeng tradisional yang berkembang di kalangan masyarakat Banggai. Cerita-cerita ini diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi, terutama oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Istilah “banunut” sendiri dalam bahasa lokal merujuk pada kegiatan bertutur, biasanya menjelang tidur siang atau malam.
Berbeda dari sekadar dongeng, banunut memuat unsur pendidikan karakter, petuah moral, dan ajaran budaya lokal. Dalam struktur narasinya, banunut sering mengangkat tokoh-tokoh mitologis, makhluk gaib, atau kisah kepahlawanan, disampaikan dengan gaya tutur yang khas dan ekspresif.
Fungsi Sosial dan Budaya
Dalam struktur sosial masyarakat Banggai, banunut memiliki peran yang sangat penting, antara lain:
- Media Pendidikan: Banunut digunakan untuk menyampaikan pesan moral, seperti kejujuran, keberanian, ketulusan, hingga pentingnya menjaga alam.
- Pewarisan Budaya: Melalui banunut, pengetahuan tentang sejarah lokal, kosmologi, dan nilai adat diwariskan secara alami kepada generasi muda.
- Hiburan Tradisional: Sebelum kehadiran teknologi digital, banunut menjadi salah satu sarana hiburan utama di malam hari.
- Ritual dan Upacara: Dalam beberapa konteks, banunut juga digunakan dalam ritual atau acara adat tertentu.
Keterkaitan dengan Tradisi Lisan Lainnya
Banunut bukan satu-satunya bentuk ekspresi lisan dalam kebudayaan Banggai. Tradisi lain seperti baode (syair adat), paupe (pantun atau nyanyian), dan mompo (puisi doa) juga menyatu dalam kehidupan masyarakat. Keseluruhan tradisi ini menjadi fondasi cultural memory (ingatan kolektif) masyarakat Banggai.
Banunut di Era Modern
Meski keberadaannya sempat meredup seiring urbanisasi dan media modern, banunut kini mulai dihidupkan kembali oleh berbagai inisiatif lokal:
- Pemerintah Daerah melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kabupaten Banggai Laut menyelenggarakan Lomba Banunut Tingkat SD/MI, sebagai upaya memperkenalkan dan melestarikan tradisi ini sejak dini.
- Penelitian Akademik mulai mengangkat nilai-nilai pedagogik dan antropologis banunut sebagai bagian dari warisan budaya takbenda (intangible heritage).
- Komunitas Budaya dan Seniman Lokal di Banggai secara aktif mulai merekam ulang cerita-cerita banunut dalam bentuk digital untuk disebarluaskan kepada generasi muda.
Tantangan dan Harapan
Salah satu tantangan utama dalam pelestarian banunut adalah hilangnya penutur aktif dan minimnya dokumentasi tertulis. Sebagian besar cerita hanya hidup di ingatan para orang tua dan tetua adat. Tanpa upaya serius untuk mendokumentasikan, tradisi ini terancam punah.
Namun, harapan masih ada. Ketika anak-anak Banggai mulai kembali mendengarkan cerita banunut di sekolah atau melalui lomba, ketika para peneliti dan media lokal seperti *Banggai Berdikari* mulai menulis dan mengarsipkannya, maka warisan ini bisa tetap hidup—tidak hanya sebagai folklor, tetapi sebagai identitas yang membentuk karakter generasi masa depan.
Penutup
Banunut adalah contoh nyata bagaimana sebuah komunitas adat menjaga warisan pengetahuan melalui tutur. Ia tidak hanya bercerita tentang masa lalu, tetapi juga mengandung nilai-nilai untuk masa depan. Masyarakat Banggai telah menempatkan cerita sebagai alat transformasi sosial dan pendidikan. Menjaga banunut adalah menjaga denyut kebudayaan lokal agar terus hidup dan menyala. (*)
---
Daftar Pustaka
1. Dispersip Banggai Laut. (2023). Tingkatkan Budaya Baca Anak, Dispersip Gelar Lomba Banunut Tingkat SD/MI se-Banggai Laut. Diakses dari [suarakeraton.id](https://suarakeraton.id/tingkatkan-budaya-baca-anak-dispersip-gelar-lomba-banunut-tingkat-sd-mi-se-banggai-laut/).
2. Wikipedia. (2023). Suku Banggai. Diakses dari [https://id.wikipedia.org/wiki/Suku\_Banggai](https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banggai).
3. Mokodompit, A.R. (2024). Nilai-Nilai Pendidikan dalam Tradisi Banunut Masyarakat Banggai Laut. International Journal of Multidisciplinary Studies and Social Science Research, Vol. 6 No. 1.
4. Nurkhalis, A. (2023). Upaya Pelestarian Cerita Rakyat Banunut sebagai Cagar Budaya Takbenda di Sulawesi Tengah. IIGD Publishers.
5. Salim, A. (2015). Tradisi Banunut sebagai Warisan Budaya Lisan di Kabupaten Banggai. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo.
Isi artikel ditulis dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) untuk kepentingan redaksional Banggai Berdikari.
Posting Komentar untuk "Banunut: Warisan Lisan Banggai yang Menjaga Ingatan dan Nilai Leluhur"