7 Fakta Unik Kerajaan Banggai yang Jarang Diketahui, Simak Selengkapnya


BANGGAI BERDIKARI - Kerajaan Banggai merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Sulawesi Tengah. Meski tidak sepopuler kerajaan-kerajaan besar lain di Nusantara, jejak sejarah Banggai menyimpan banyak kisah menarik yang jarang diangkat. Dari sistem pemerintahan yang unik hingga mitos asal-usul raja yang penuh legenda, Kerajaan Banggai menjadi bukti betapa kaya dan beragamnya sejarah Indonesia.

Artikel ini akan mengulas tujuh fakta unik tentang Kerajaan Banggai yang jarang diketahui masyarakat luas. Fakta-fakta ini tidak hanya memperkaya wawasan sejarah, tetapi juga membuka perspektif baru tentang peran Banggai dalam peta politik dan budaya Nusantara.

1. Sistem Pemerintahan Demokratis: Basalo Sangkap

Salah satu hal paling menarik dari Kerajaan Banggai adalah adanya lembaga yang disebut Basalo Sangkap. Lembaga ini berfungsi seperti sebuah dewan perwakilan rakyat yang berhak memilih raja. Artinya, meski berbentuk kerajaan, sistem pemerintahan Banggai tidak sepenuhnya monarki absolut.

Dalam banyak catatan, Basalo Sangkap terdiri dari para pemimpin distrik yang disebut Basalo. Mereka memiliki kewenangan besar dalam menentukan siapa yang layak menjadi raja. Mekanisme ini menjadikan Kerajaan Banggai sebagai salah satu kerajaan dengan praktik demokratis paling awal di Nusantara.

Keunikan sistem ini menunjukkan bahwa masyarakat Banggai sudah lama mengenal nilai musyawarah dan partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Fakta ini jarang disorot, padahal menjadi warisan penting dalam tradisi politik lokal.

2. Mitos Asal-Usul dari Telur Naga

Selain sistem pemerintahan, asal-usul raja-raja Banggai juga menarik untuk ditelusuri. Catatan Portugis abad ke-16 menyebut adanya mitos bahwa raja-raja Banggai, bersama dengan Bacan, Buton, dan Papua, berasal dari telur naga.

Menurut cerita, seorang tetua di Bacan menemukan telur naga, dan dari telur tersebut lahirlah keturunan yang kemudian menjadi raja di beberapa wilayah, termasuk Banggai. Meski sulit diverifikasi secara historis, mitos ini memperlihatkan adanya ikatan mitologis antara kerajaan-kerajaan di Maluku dan Sulawesi.

Cerita ini juga menunjukkan bahwa kosmologi dan kepercayaan tradisional sangat berpengaruh dalam legitimasi kekuasaan raja. Bagi masyarakat lokal, mitos ini meneguhkan posisi raja sebagai figur yang sakral dan memiliki asal-usul ilahi.

3. Populasi Banggai di Peleng dan Praktik Perbudakan

Fakta lain yang jarang diketahui adalah bahwa mayoritas penduduk Kerajaan Banggai pada masa lalu tinggal di Pulau Peleng. Catatan Belanda menyebutkan bahwa pada tahun 1706, populasi Banggai mencapai lebih dari 21 ribu jiwa, dengan hampir 90 persen di antaranya bermukim di Peleng.

Yang mengejutkan, masyarakat Peleng sempat menjadi objek perdagangan budak pada masa kolonial. Hal ini tercatat dalam laporan Belanda, yang mendokumentasikan adanya perbudakan di wilayah tersebut. Fakta ini memperlihatkan betapa kerasnya dinamika sosial dan politik di Banggai pada masa lalu, sekaligus menjadi bagian kelam dari sejarah perdagangan manusia di Nusantara.

4. Relokasi Ibu Kota Kerajaan Banggai

Kerajaan Banggai tidak selalu memiliki pusat pemerintahan yang tetap. Dalam perjalanannya, ibu kota kerajaan beberapa kali dipindahkan. Misalnya, pada sekitar tahun 1690, Raja Jangkal memindahkan pusat pemerintahan ke Mendono, sebuah wilayah di daratan Sulawesi, karena situasi politik yang tidak stabil.

Sebelumnya, pusat kerajaan berada di Pulau Banggai. Namun, kebutuhan pertahanan, geografi, dan strategi politik membuat kerajaan beberapa kali memindahkan pusatnya. Fakta ini menunjukkan bahwa kerajaan kecil seperti Banggai harus luwes dalam menghadapi ancaman eksternal, terutama dari Ternate dan kemudian Belanda.

5. Perlawanan Heroik dalam Perang Tobelo

Salah satu episode penting dalam sejarah Banggai adalah Perang Tobelo. Pada masa Raja Agama (1829–1847), rakyat Banggai bangkit melawan dominasi Belanda dan Ternate. Pertempuran ini terjadi di wilayah Lalongo dan sekitarnya, di mana banyak prajurit Banggai gugur.

Sisa-sisa perlawanan ini masih dapat ditemui hingga kini berupa tengkorak dan tulang-belulang yang menjadi simbol perjuangan. Perang Tobelo dikenang sebagai salah satu bentuk perlawanan heroik masyarakat Banggai terhadap kolonialisme.

Menariknya, perlawanan terhadap Belanda bukan hanya terjadi sekali. Sebelumnya, Raja Abu Kasim dan Raja Antondeng juga pernah menolak perjanjian dengan Belanda, bahkan harus diasingkan. Fakta ini memperlihatkan bahwa meski kecil, Kerajaan Banggai memiliki tradisi kuat dalam menentang penjajahan.

6. Peninggalan Sejarah yang Masih Bisa Disaksikan

Hingga kini, jejak Kerajaan Banggai masih dapat ditemui di berbagai situs bersejarah. Di Kota Tua Banggai Lalongo, terdapat batu tempat pelantikan raja serta sumur tua yang diyakini sebagai bagian dari pusat pemerintahan kuno.

Selain itu, bekas keraton Banggai masih menyimpan berbagai peninggalan, seperti meriam buatan Belanda, pedang, tombak, hingga bendera kerajaan. Di situs keramat Kamali Boneaka, tersimpan banyak artefak yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang kerajaan.

Keberadaan situs-situs ini bukan hanya bukti sejarah, tetapi juga potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya.

7. Jejak Perdagangan Internasional dan Artefak Tiongkok

Fakta terakhir yang jarang diketahui adalah keterlibatan Banggai dalam jaringan perdagangan internasional. Penelitian arkeologi menemukan berbagai artefak dari dinasti Tiongkok, mulai dari Dinasti Shang hingga Ming.

Temuan ini menunjukkan bahwa wilayah Banggai sudah menjadi bagian dari jalur perdagangan maritim yang luas sejak masa lampau. Sebagai wilayah kepulauan yang strategis, Banggai menjadi persinggahan kapal-kapal dagang dari Maluku, Jawa, hingga Tiongkok.

Artefak ini sekaligus memperkuat bukti bahwa Banggai bukanlah kerajaan kecil yang terisolasi, melainkan bagian dari dinamika global di kawasan Asia Tenggara.

Kerajaan Banggai memang tidak sebesar Majapahit atau Ternate, tetapi sejarahnya menyimpan banyak fakta unik yang menarik untuk dikaji. Dari sistem pemerintahan yang demokratis, mitos asal-usul naga, hingga perlawanan heroik dalam Perang Tobelo, semua itu menjadi bukti kekayaan sejarah lokal yang patut dilestarikan.

Warisan sejarah Banggai tidak hanya penting bagi masyarakat setempat, tetapi juga bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Fakta-fakta yang jarang diketahui ini bisa menjadi pintu masuk untuk memahami betapa beragamnya sistem sosial, budaya, dan politik di Nusantara.

Dengan menggali kembali kisah Kerajaan Banggai, kita tidak hanya menghormati masa lalu, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya sejarah sebagai bagian dari identitas bangsa. (*)

Daftar Pustaka

Wikipedia. Kerajaan Banggai. Diakses 2025.

Detik Travel. Menggali Jejak Kerajaan Banggai. 2011.

GenPI. Kerajaan Banggai: Kerajaan Demokratis di Nusantara. 2019.

Kabupaten Banggai Laut Blogspot. Asal Mula Kerajaan Banggai. 2016.

Posting Komentar untuk "7 Fakta Unik Kerajaan Banggai yang Jarang Diketahui, Simak Selengkapnya "