BANGGAI BERDIKARI – Lima hari perayaan sastra, seni, dan budaya di RTH Teluk Lalong, Luwuk, Kabupaten Banggai, resmi berakhir. Festival Sastra Banggai 2025 menutup Simpul Kesembilan: Merajut Kata pada Sabtu malam, 18 Oktober 2025 lalu, dengan pesan kebersamaan dan ruang yang inklusif.
Direktur Festival Sastra Banggai, Ama Gaspar, mengatakan pelaksanaan tahun ini menjadi salah satu yang paling padat dan berwarna sejak pertama kali digelar sembilan tahun lalu.
“Sebanyak 51 program terjadwal terlaksana dengan apik. Festival ini ruang untuk semua. Ruang untuk melihat dan mengalami Banggai dari sudut pandang sastra,” ujar Ama Gaspar.
Festival yang berlangsung sejak 14 Oktober itu menghadirkan berbagai kegiatan, mulai dari pertunjukan seni dan musik, pameran buku, hingga kelas diskusi yang membahas beragam topik literasi dan kebudayaan.
Tak hanya itu, Simpul Kesembilan juga menghadirkan semangat inklusivitas. Sejumlah Kawan Tuli terlibat langsung dalam kegiatan festival, baik sebagai peserta maupun bagian dari tim kerja.
“Kami memohon maaf selama pelaksanaan jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Kami terus belajar untuk menjadikan festival ini semakin terbuka dan ramah bagi semua,” tambah Ama Gaspar.
Festival Sastra Banggai tahun ini kembali diselenggarakan bersamaan dengan Akademi Sastra Banggai, dan mendapat dukungan penuh dari Kementerian Kebudayaan melalui program penguatan festival sastra, Manajemen Talenta Nasional, Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan, Ahmad Mahendra, yang turut hadir pada Kamis malam, 16 Oktober, menyebut Festival Sastra Banggai telah menjadi ruang penting bagi komunitas daerah untuk berkolaborasi.
“Semoga ini jadi platform untuk seluruh komunitas berkolaborasi dengan seni dan bidang lainnya. Semoga terwujud tahun 2026 di satu dekade Festival Sastra Banggai,” tuturnya.
Ahmad Mahendra juga mengungkapkan bahwa Festival Sastra Banggai kini menjadi bagian dari Konsorsium Festival Sastra Nasional bersama sejumlah festival lain di berbagai daerah, seperti Balige Writers Festival, Festival Sastra Kota Malang, Makassar International Writers Festival, hingga Ubud Writers and Readers Festival.
Penulis Dewi Lestari yang turut hadir memberikan apresiasi terhadap konsistensi penyelenggaraan festival ini selama sembilan tahun berturut-turut.
“Tentu saja konsistensi itu tidak akan terjadi jika bukan karena kerja keras dan kecintaan teman-teman dengan literasi, sastra, dan perbukuan,” ujarnya.
Ama Gaspar menutup perayaan Simpul Kesembilan dengan ucapan terima kasih kepada seluruh relawan yang telah membuat Festival Sastra Banggai berdenyut lebih kencang.
“Mereka datang dari berbagai latar belakang dan membuat festival ini berjalan dengan baik. Terima kasih untuk semua yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini,” tuturnya.
Festival Sastra Banggai kini bersiap menuju satu dekade. Tahun 2026 mendatang, tema Layar Kesepuluh: Yang Tak Pernah Kuncup akan menjadi babak baru perjalanan festival yang tumbuh dari pesisir Banggai menuju panggung nasional. (*)
Posting Komentar untuk "Dari Relawan hingga Kawan Tuli, Festival Sastra Banggai 2025 Jadi Ruang Inklusif Merajut Kata"