Jauh Sebelum Ternate, Banggai Sudah Jadi Pusat Perdagangan Dunia dengan Kekayaan Besi


BANGGAI BERDIKARI– Narasi sejarah arus utama yang menyebut Kerajaan Banggai baru berdiri pada abad ke-16 di bawah pengaruh Kesultanan Ternate kini mendapat tantangan serius. Bukti-bukti baru menunjukkan bahwa jauh sebelum itu, Kepulauan Banggai telah menjadi pusat perdagangan internasional sejak abad ke-12 hingga ke-13, terutama sebagai produsen dan pengekspor besi yang sangat bernilai.

Penelusuran ini diangkat dalam analisis mendalam kanal YouTube Safar Nurhan, yang merujuk pada berbagai sumber kuno Asia dan Eropa. Hasilnya mengungkapkan bahwa Banggai bukanlah wilayah pinggiran yang baru tumbuh karena ekspansi Ternate, melainkan telah lama menjadi simpul penting dalam jaringan dagang dunia.

Narasi Lama yang Ditinggalkan Ternate

Selama ini, catatan sejarah dominan—yang banyak bersumber dari dokumen Kesultanan Ternate—menyebut bahwa Kerajaan Banggai berdiri sekitar tahun 1570-an, ditandai dengan penobatan Adi Cokro, bangsawan asal Jawa yang diutus Sultan Babullah Datu Syah.

Narasi tersebut secara tak langsung menempatkan Banggai sebagai kerajaan bawahan Ternate, seolah-olah eksistensinya bermula dari intervensi luar. Namun, penelitian dan telaah lintas sumber menunjukkan bahwa peradaban Banggai telah memiliki jaringan dagang dan budaya sendiri jauh sebelum Ternate mencapai masa kejayaannya.

Jejak Banggai di Negarakertagama dan Catatan Portugis

Bukti paling awal tentang eksistensi Banggai muncul dalam naskah Kakawin Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di sana, nama “Benggawi” disebut sebagai salah satu wilayah yang dikenal oleh Majapahit. Penyebutan ini menunjukkan bahwa Banggai telah menjadi bagian dari peta geopolitik dan ekonomi nusantara pada masa itu.

Sumber kedua datang dari catatan pelaut Portugis, Tomé Pires, dalam karyanya Suma Oriental (1512–1515). Ia menyebut “Benggaya” sebagai gugusan pulau penting di sekitar Maluku, pusat perdagangan rempah dunia. Catatan tersebut menandakan bahwa Banggai sudah dikenal oleh pedagang Eropa bahkan sebelum Ternate secara formal menancapkan kekuasaan di wilayah itu.

Catatan Cina: Banggai sebagai Sumber Besi Dunia

Sumber paling menarik berasal dari catatan pedagang Cina abad ke-13 yang dikutip dalam artikel akademik berjudul The Northern Trade Road to the Spice Islands. Dalam catatan itu disebutkan secara eksplisit bahwa besi berasal dari Kepulauan Banggai.

“Gading mungkin datang dari daratan besar Asia Tenggara, besi berasal dari Kepulauan Banggai, dan beberapa kain berasal dari India dan Kepulauan Banda,” demikian kutipan yang dibacakan Safar Nurhan dalam videonya.

Besi pada masa itu merupakan komoditas strategis yang digunakan untuk membuat senjata, peralatan kerja, dan kapal. Fakta bahwa Banggai menjadi eksportir besi ke Cina memperlihatkan bahwa wilayah ini bukan sekadar pelabuhan singgah, melainkan pusat produksi yang memiliki nilai ekonomi dan politik tinggi.

Banggai sebagai Hub Maritim Nusantara

Dengan posisi geografisnya yang strategis di jalur pelayaran antara Sulawesi, Maluku, dan Filipina, Banggai sangat mungkin menjadi pelabuhan dagang besar tempat berlabuhnya kapal dari berbagai bangsa. Aktivitas ini melahirkan masyarakat kosmopolitan yang terbiasa berinteraksi dengan pedagang asing—jauh dari citra masyarakat terisolasi yang selama ini melekat.

Pandangan baru ini juga menjelaskan mengapa pada abad ke-16 hingga ke-17 Banggai menjadi rebutan dua kekuatan besar: Kesultanan Ternate dan Gowa-Tallo. Pertarungan mereka bukan sekadar perebutan wilayah kosong, tetapi kompetisi strategis untuk menguasai pusat produksi besi sekaligus mengendalikan jalur perdagangan penting di kawasan timur Nusantara.

Menulis Ulang Sejarah Maritim Indonesia

Temuan ini menegaskan bahwa sejarah Banggai tidak dimulai dari Ternate, melainkan merupakan kelanjutan dari peradaban maritim yang jauh lebih tua, mandiri, dan terhubung secara global.

“Penemuan ini mendorong kita untuk menulis ulang sebagian sejarah Indonesia, dengan memberi ruang lebih besar bagi wilayah-wilayah yang selama ini dianggap perifer,” ujar Safar Nurhan dalam analisisnya.

Melalui riset lintas disiplin dan penyebaran digital, seperti yang dilakukan Safar dan para akademisi muda, kisah Banggai kembali mendapat tempat dalam ingatan sejarah nasional—sebagai pusat perdagangan kuno yang perannya melampaui zamannya. (*)

Posting Komentar untuk "Jauh Sebelum Ternate, Banggai Sudah Jadi Pusat Perdagangan Dunia dengan Kekayaan Besi"