Kronik Banggai: Kisah Penguasaan Ternate (1580), Penaklukan Gowa (1635), dan Akhir Dramatis di Tangan VOC

 

BANGGAI BERDIKARI – Kepulauan Banggai, yang kini dikenal sebagai wilayah di Sulawesi Tengah, memiliki sejarah geopolitik yang kompleks dan berdarah. Berada di jalur perdagangan yang sangat strategis, wilayah ini menjadi medan perebutan pengaruh antara dua kekuatan maritim terbesar di Nusantara pada masanya: Kesultanan Ternate di utara dan Kesultanan Gowa di selatan.

Wilayah Strategis, Objek Rebutan

Awalnya, Kepulauan Banggai terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil yang mandiri. Namun, letaknya yang krusial sebagai penghubung jalur perdagangan menjadikannya incaran utama.

Konflik perebutan dimulai secara serius pada akhir abad ke-16. Pada tahun 1580, Kesultanan Ternate, yang dikenal sebagai kekuatan dominan di wilayah timur, berhasil menguasai Kepulauan Banggai dan menancapkan pengaruhnya lewat pendirian Kerajaan Banggai.

Namun, penguasaan Ternate hanya bertahan sekitar 50 tahun. Sekitar tahun 1635, Kesultanan Gowa, di bawah kekuasaan Sultan Alauddin, berhasil menaklukkan Banggai. Penguasaan Gowa ini menandai pergeseran signifikan dalam peta kekuatan regional.

Upaya Terakhir Gowa Melawan Ternate

Perebutan wilayah ini terus berlanjut. Saat Sultan Hasanuddin memegang tampuk kekuasaan di Gowa, ia mengambil langkah-langkah agresif untuk memperkuat kendali Gowa di wilayah strategis tersebut dan membendung pengaruh Ternate.

Sultan Hasanuddin bahkan tercatat pernah mengirim armada besar yang terdiri dari 300 perahu menuju Gorontalo, Lampute, dan Banggai. Pengiriman armada ini bertujuan jelas: memperkuat posisi Gowa dan memastikan wilayah tersebut tidak jatuh kembali ke tangan Ternate.

Akhir Dramatis di Tangan Kompeni

Meskipun Gowa telah berjuang keras, pengaruhnya di Banggai akhirnya runtuh secara resmi setelah kekalahan besar Gowa dalam Perang Makassar.

Pada 18 November 1667, disepakatilah Perjanjian Bungaya. Perjanjian ini merupakan hasil kekalahan Gowa atas koalisi yang melibatkan Bone, Buton, Ternate, dan tentu saja, kongsi dagang Belanda, VOC (Kompeni).

Meskipun secara kultural dan hierarki tradisional Banggai masih dipengaruhi oleh Ternate, Perjanjian Bungaya secara hukum menempatkan Banggai di bawah pengawasan VOC.

Perjanjian ini secara definitif mengakhiri konflik perebutan antara dua Kesultanan dan menandai babak baru di mana kekuatan asing mulai memainkan peran kuncinya. Seperti yang terjadi di banyak tempat di Nusantara, VOC kemudian mulai mengendalikan dan memanipulasi peranannya di Banggai. (*)

(Informasi ini bersumber dari karya Hasanuddin, "Sejarah Sosial Politik Kerajaan Banggai 1907-1942")

Posting Komentar untuk "Kronik Banggai: Kisah Penguasaan Ternate (1580), Penaklukan Gowa (1635), dan Akhir Dramatis di Tangan VOC"