Legenda Danau Tendetung di Banggai Kepulauan: Kisah Cinta Terlarang Sundano dan Kokiap


BANGGAI KEPULAUAN – Di tengah keelokan alam Banggai Kepulauan, tersimpan sebuah legenda tragis yang menjadi asal-usul terbentuknya Danau Tendetung. Kisah ini berpusat pada sepasang kekasih, Sundano dan Kokiap, yang cintanya harus berakhir pilu karena terbentur kerasnya hukum adat dan perbedaan budaya di Desa Kanali.

Cinta yang Melanggar Adat

Dahulu kala, Sundano dan Kokiap saling mencintai. Namun, ikatan suci ini ditentang keras oleh hukum adat setempat karena perbedaan budaya dan keyakinan agama di antara kedua keluarga. Kondisi ini membuat kedua sejoli tersebut memutuskan untuk mengambil jalan pintas.

Ketika keluarga Kokiap mempersiapkan pesta pernikahan putrinya dengan pria lain, Sundano dan Kokiap diam-diam menyusun rencana pelarian. Sebelum melarikan diri, Sundano menjalankan rencana nekatnya: memasukkan hewan laut dan perlengkapannya ke dalam bambu.

Menurut kepercayaan setempat, menempatkan benda-benda pantangan ini di rumah seseorang yang sedang berpesta akan mendatangkan bencana besar.

Pesta Berubah Bencana dan Pelarian Tragis

Tepat pada hari pernikahan Kokiap, Sundano mengikatkan benda-benda pantangan itu ke tiang utama rumah panggung tempat pesta dilangsungkan. Prediksinya benar. Tak lama berselang, pesta tersebut bubar setelah air banjir bandang datang secara tiba-tiba dan menghancurkan segala persiapan.

Di tengah kekacauan itu, Sundano dan Kokiap segera menaiki perahu yang telah disiapkan untuk melarikan diri ke daerah baru. Impian mereka hanyalah satu: hidup bahagia bersama, terbebas dari tekanan adat.

Namun, pelarian mereka penuh rintangan. Dalam perjalanan, perahu mereka selalu terhalang pohon tumbang, memaksa mereka terus berbelok hingga puluhan kali. Tepat pada tikungan ke-17, tiba-tiba di depan mereka muncul sebuah lubang besar dengan diameter kurang lebih lima meter. Lubang ini menelan seluruh aliran air banjir, termasuk perahu dan kedua sejoli tersebut. Impian mereka untuk hidup bersama pun berakhir di dalam tanah.

Lahirnya Sungai dan Danau Tendetung

Sekitar tiga bulan setelah peristiwa tragis di Desa Kanali, muncul dua buah mata air jernih dengan jarak kurang lebih 300 meter satu sama lain. Dari kedua mata air ini, mengalirlah dua sungai yang bermuara ke lautan, yang kemudian diberi nama sesuai dengan nama sepasang kekasih yang malang itu: Sungai Sundano dan Sungai Kokiap.

Warga setempat meyakini bahwa kedua sumber mata air tersebut merupakan jelmaan jenazah Sundano dan Kokiap, yang tubuhnya terlempar dan terpisah saat perahu mereka pecah di dalam lubang raksasa.

Keanehan alam terus berlanjut. Setiap bulan sekali, air yang mengalir menuju lubang besar seolah terhalang sesuatu, menyebabkan seluruh daratan terendam banjir dan menjadi sebuah danau. Danau inilah yang kini dikenal sebagai Danau Tendetung. Beberapa bulan kemudian, air akan mengering kembali seolah ditelan bumi, meninggalkan luasan sungai yang berkelok-kelok.

Uniknya, di setiap sudut atau daerah kering bekas danau, banyak bermunculan ikan-ikan yang menjadi incaran masyarakat setempat. Fenomena ini membuat Danau Tendetung tidak hanya menjadi tempat mencari ikan, tetapi juga objek wisata, yang kini menjadi saksi bisu abadi dari kisah cinta terlarang antara Sundano dan Kokiap. (*)

Posting Komentar untuk "Legenda Danau Tendetung di Banggai Kepulauan: Kisah Cinta Terlarang Sundano dan Kokiap"